Senin, 18 Juni 2012

tumor hidung




    A.    KONSEP DASAR PENYAKIT
1.      DEFINISI
Tumor hidung merupakan tumor yang berada di rongga yang dibatasi oleh tulang-tulang wajah yang merupakan daerah yang terlindung sehingga tumor yang timbul di daerah ini sulitdiketahui secara dini. Tumor ganas hidung bagian dalam jarang terjadi.
Tumor hidung adalah pertumbuhan ke arah ganas yangmengenai hidung dan lesi yang menyerupai tumor pada rongga hidung, termasuk kulit dari hidung luar dan vestibulum nasi.
Merupakan tersumbatnya perjalananudara melalui nostril oleh deviasi septumnasi, hipertrofi tulang torbinat / tekananpolip yang dapat mengakibatkanepisode nasofaringitis infeksi(Brunner &Sudarth, 200

2.      ETIOLOGI
Etiologi tumor ganas hidung belum diketahui, tetapi diduga beberapa zat hasil industri merupakan penyebab antara lain nikel, debu kayu, kulit, formaldehid, kromium, minyak isopropyl dan lain-lain

3.      PENGKLASIFIKASIAN HIDUNG
1.      Tumor Jinak
      Tumor jinak tersering adalah papiloma skuamosa. Secara makroskopis mirip dengan polip, tetapi lebih vaskuler, padat dan tidak mengkilap. Ada
2    Jenis papiloma,
     Pertama eksofitik atau fungiform[1] dan yang kedua endofitik disebut papiloma inverted. Papiloma[2] inverted ini bersifat sangat invasive,dapat merusak jaringan sekitarnya. Tumor ini sangat cenderung untuk residif dan dapat berubah menjadi ganas. Lebih sering dijumpai pada anak laki-laki usia tua. Terapi adalah bedah radikal misalnya rinotomi lateral atau maksilektomi media5.
      Tumor jinak angiofibroma nasofaring sering bermanifestasi sebagai massa yang mengisi rongga hidung bahkan juga mengisi seluruh rongga sinus paranasal dan mendorong bola mata ke anterior.

2.      Tumor Ganas
      Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul oleh karsinoma yang berdeferensiasi dan tumor kelenjar.
Sinus maksila adalah yang tersering terkena (65-80%), disusul sinus etmoid (15-25%), hidung sendiri (24%), sedangkan sinus sphenoid dan frontal jarang terkena.Metastasis ke kelenjar leher jarang terjadi (kurang dari 5%) karena rongga sinus sangat miskin dengan system limfa kecuali bila tumor sudah menginfiltrasi jaringan lunak hidung dan pipi yang kaya akan system limfatik.Metastasis jauh juga jarang ditemukan (kurang dari 10%) dan organ yang sering terkena metastasis jauh adalah hati dan paru

4.      PATOFISIOLOGI

Berbagai jenis tipe tumor berbeda telah dijelaskan terdapat pada rahang atas. Jenishistologis yang paling umum adalah karsinoma sel skuamosa, mewakili sekitar 80%kasus.Lokasi primer tidak selalu mudah untuk ditentukan dengan sejumlah sinus berbeda yangsecara umum terlibat seiring waktu munculnya pasien. Mayoritas (60%) tumor tampaknya berasal dari antrum, 30% muncul dalam rongga hidung, dan sisa 10% muncul dari etmoid. Tumor primer frontal dan sfenoid sangat jarang
Limfadenopati servikal teraba muncul pada sekitar 15% pasien pada presentasi.Gambaran kecil ini disebabkan drainase limfatik sinus paranasal ke nodus retrofaring dandari sana ke rantai servikal dalam bawah. Sebagai akibatnya, nodus yang terlibat diawaltidak mudah dipalpasi di bagian leher manapun.Tumor hidungdapat diketahui bersama-samadengan polip nasi dan cenderung untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna,lebih sering timbul didinding lateral hidung dan daapt pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung,perdarahan intermiten atau keduanya

5.      MANIFESTASI KLINIS
Gejala dini tidak khas, pada stadium lanjut tergantung asal tumor dan arah perluasannya.
Gejala hidung:
 Buntu hidung unilateral dan progresif[3].
1.      Buntu bilateral bila terjadi pendesakan ke sisi lainnya.
2.      Skret hidung bervariasi, purulen dan berbau bila ada infeksi.
3.      Sekret yang tercampur darah atau adanya epistaksis menunjukkan kemungkinan keganasan.
4.      Rasa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus, sedangkan rasa nyeri terus-menerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi tumor ganas.
Gejala lainnya dapat timbul bila sinus paranasal juga terserang tumor seperti:
a)      Pembengkakan pipi
b)      Pembengkakan palatum durum
c)      Geraham atas goyah, maloklusi gigi
d)     Gangguan mata bila tumor mendesak rongga orbita.

6.      KOMPLIKASI
Tidak dapat bermetasis,tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat menyebar memenuhi nasofaring dan terlihat dari orofaring

7.      PEMERIKASAAN FISIK
1)      Inspeksi terhadap wajah, mata, pipi, geraham dan palatum: didapatkan pembengkakan sesuai lokasi pertumbuhan tumor
2)      Palpasi, teraba tumor dan pembesaran kelenjar leher

8.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto polos berfungsi sebagai diagnosis awal, terutama jika ada erosi tulang dan perselubungan padat unilateral, harus dicurigai keganasan dan dibuat suatu tomogram atau TK. Pemeriksaan MRI dapat membedakan jaringan tumor dengan jaringan normal tetapi kurang begitu baik dalam memperlihatkan destruksi tulang.

9.      PENATALAKSANAN

Terbaik untuk tumor ganas adalah kombinasi operasi, radio terapi,dan kemoterapi.Satu pengobatan saja tidak cukup.Kemoterapi bermanfaat pada tumor ganasdengan metastase atau yang residif atau jenis yang sangat baik dengan kemoterapi,misalnya limfoma malignum.Pada tumor jinak dilakukan ekstirpasi tumor sebersih mungkin. Bila perludilakukan cara pendekatan rinotomi lateral atau degloving[4].Untuk tumor ganas dilakukan tindakan radikal seperti maksilektomi, dapat berupa maksilektomi media, total dan radikal. Maksilektomi biasanya di lakukan misalnya pada tumor yang sudah infiltrasi ke orbita, terdiri dari pengangkatan maksila secara endblok disertai eksterasi orbita, jika tumor meluas ke rongga intracranial dilakukan reseksi kraniofasial atau kraniotomi, tindakan dilakukan dalam tim bersama dokter bedah saraf


B.     PROSES KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
a.       Riwayat kesehatan
1)      Keluhan Utama
Pada pasien tumor hidung; Nyeri pada hidung
2)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mulai merasakan nyeri akibat pembengkakan
3)      Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah tumor hidung ini diderita sejak bayi sehingga mempengaruhi dalam kemampuan bernafas
4)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien Tidak ada keluarga yang menderita penyakit pada sistem penciuman

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), ancaman perubahan status kesehatan-sosial-ekonomik, perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi        sosial, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga
2.   Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian tubuh akibat efek-efek   radioterapi/kemoterapi.
3.   Nyeri b/d kompresi/destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi.
4.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status       metabolik akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres         emosional.
5. Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi radioterapi/kemoterapi

3.      INTERVENSI KEPERAWATAN

1)      Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), ancaman perubahan status kesehatan-sosial-ekonomik, perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi sosial, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.


2. Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.


3. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini.

4. Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan ketenangan lingkungan.
5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.
6. Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.
1.      Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.

2.      Mengidentifikasi faktor pencetus/pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.


3.      Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.

4.      Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.


5.      Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.

6.      Menilai perkembangan masalah klien.

2) Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian tubuh akibat keganasan, efek- efek radioterapi/kemoterapi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Diskusikan dengan klien dan keluarga pengaruh diagnosis dan terapi terhadap kehidupan pribadi klien dan aktiviats kerja.
2. Jelaskan efek samping dari pembedahan, radiasi dan kemoterapi yang perlu diantisipasi klien
3. Diskusikan tentang upaya pemecahan masalah perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat berkaitan dengan penyakitnya.
4. Terima kesulitan adaptasi klien terhadap masalah yang dihadapinya dan informasikan kemungkinan perlunya konseling psikologis
5. Evaluasi support sistem yang dapat membantu klien (keluarga, kerabat, organisasi sosial, tokoh spiritual)
6. Evaluasi gejala keputusasaan, tidak berdaya, penolakan terapi dan perasaan tidak berharga yang menunjukkan gangguan harga diri klien.
1.      Membantu klien dan keluarga memahami masalah yang dihadapinya sebagai langkah awal proses pemecahan masalah.

2.      Efek terapi yang diantisipasi lebih memudahkan proses adaptasi klien terhadap masalah yang mungkin timbul.
3.      Perubahan status kesehatan yang membawa perubahan status sosial-ekonomi-fungsi-peran merupakan masalah yang sering terjadi pada klien keganasan.

4.      Menginformasikan alternatif konseling profesional yang mungkin dapat ditempuh dalam penyelesaian masalah klien.
5.      Mengidentifikasi sumber-sumber pendukung yang mungkin dapat dimanfaatkan dalam meringankan masalah klien.

6.       Menilai perkembangan masalah klien.

3) Nyeri b/d kompresi/destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1.   Lakukan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, masase punggung) dan pertahankan aktivitas hiburan (koran, radio)
2.   Ajarkan kepada klien manajemen penatalaksanaan nyeri (teknik relaksasi, napas dalam, visualisasi, bimbingan imajinasi)
3. Berikan analgetik sesuai program terapi.
4. Evaluasi keluhan nyeri (skala, lokasi, frekuensi, durasi)
1.      Meningkatkan relaksasi dan mengalihkan fokus perhatian klien dari nyeri.
2.      Meningkatkan partisipasi klien secara aktif dalam pemecahan masalah dan meningkatkan rasa kontrol diri/keman-dirian.


3.      Analgetik mengurangi respon nyeri.

4.      Menilai perkembangan masalah klien.

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Dorong klien untuk meningkatkan asupan nutrisi (tinggi kalori tinggi protein) dan asupan cairan yang adekuat.
2. Kolaborasi dengan tim gizi untuk menetapkan program diet pemulihan bagi klien.
3. Berikan obat anti emetik dan roborans sesuai program terapi.
4. Dampingi klien pada saat makan, identifikasi keluhan klien tentang makan yang disajikan.
5. Timbang berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep (ukuran antropometrik lainnya) sekali seminggu
6. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium (Hb, limfosit total, transferin serum, albumin serum)
1.      Asupan nutrisi dan cairan yang adekuat diperlukan untuk mengimbangi status hipermetabolik pada klien dengan keganasan.


2.      Kebutuhan nutrisi perlu diprogramkan secara individual dengan melibatkan klien dan tim gizi bila diperlukan.

3.      Anti emetik diberikan bila klien mengalami mual dan roborans mungkin diperlukan untuk meningkatkan napsu makan dan membantu proses metabolisme.


4.      Mencegah masalah kekurangan asupan yang disebabkan oleh diet yang disajikan.

5.      Menilai perkembangan masalah klien.


6.      Menilai perkembangan masalah klien.


5) Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi radioterapi/kemoterapi
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Tekankan penting oral hygiene.
2. Ajarkan teknik mencuci tangan kepada klien dan keluarga, tekankan untuk menghindari mengorek/me-nyentuh area luka pada rongga hidung (area operasi).
3. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan penurunana fungsi pertahanan tubuh (lekosit, eritrosit, trombosit, Hb, albumin plasma)
4. Berikan antibiotik sesuai dengan program terapi.
5. Tekankan pentingnya asupan nutrisi kaya protein sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
6. Kaji tanda-tanda vital dan gejala/tanda infeksi pada seluruh sistem tubuh.
1.      Infeksi pada cavum nasi dapat bersumber dari ketidakadekuatan oral hygiene.
2.      Mengajarkan upaya preventif untuk menghindari infeksi sekunder.

3.      Menilai perkembagan imunitas seluler/ humoral.
4.      Antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi atau diberikan secara profilaksis pada pasien dengan risiko infeksi.
5.      Protein diperlukan sebagai prekusor pembentukan asam amino penyusun antibodi.
6.      Efek imunosupresif terapi radiasi dan kemoterapi dapat mempermudah timbulnya infeksi lokal dan sistemik.



[1] FUNGIFORM:berbentuk seperti cendawan
[2] Papiloma:tumor jaringan epitel yg bersifat jinak yg ditandai dengan tonjolan2 berupa puting
[3] Progresif:terus berlanjut
[4] Degrofing

Daftar pustaka



Adams at al (1997), Buku Ajar Penyakit THT, Ed. 6, EGC, Jakarta
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
Sumber Lainnya          :





Tidak ada komentar:

Posting Komentar