Senin, 11 Juni 2012

stomatitis



    A.    KONSEP DASAR PENYAKIT
1.      DEFENISI
Stomatitis adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok.

Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral,yang dapat meliputi mukosa bukal(pipi)dan labial(bibir),lidah,gusi,langit-langit dan dasar mulut.(Donna L.Wong dkk)

2.      ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab utama dari stomatitis belum diketahui.Stomatitis dapat bersifat infeksius maupun infeksius dan dapat disebabkan oleh factor-faktor lokal maupun sistemik. (Donna L.Wong dkk)

Faktor Risiko Stomatitis
Ada beberapa faktor-faktor risiko penyebab yang dapat mengakibatkan stomatitis diantaranya            :
a.       Keadaan gigi pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang
b.      Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulser sehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa
c.       Mengkonsumsi air dingin atau air panas.
d.      Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser.
e.       Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa.
f.       Kelainan pencernaan
g.      Faktor psikologis (stress)
h.      Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi
i.        Pada penderita yang sering merokok
j.        Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (missal : alkohol) harus dihindari
k.      Kekurangan vitamin C
l.        Kekurangan vitamin B dan zat besi.

3.      KLASIFIKASI STOMATITIS
a.      Mycotic stomatitis
Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya infeksi mulut atau rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan Candida albicans , yang merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan kucing. Hal ini ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan pada lidah atau membran mukosa. Mycotic stomatitis biasanya dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang lama, atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis sering kali pada jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.

b.      Gingivostomatitis
Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian mulut lainnya, yang menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna merah terang dan terdapat banyak luka terbuka yang berwarna putih atau kuning di dalam mulut.

c.       Denture stomatitis atau Chronic stomatitis
Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di bawah gigi tiruan lengkap atau sebagian baik di rahang atas maupun di rahang bawah.



d.      Aphthous stomatitis.
Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum sering terjadi. Sariawan ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada jaringan lunak mulut, bibir, lidah, pipi bagian dalam, pharing, dan langit-langit mulut halus. Tipe sariawan ini tidak menular.

4.      PATOFISIOLOGI          
      Kondisi berikut dapat terjadi sebagai berikut atau tindakan.
Stomatitis istilah umum mengacu pada reaksi inflamasi dan lesi ulseratif dangkal yang terjadi pada permukaan mukosa mulut atau orofaring 7 sampai 14 hari setelah pemberian agen kemoterapi tertentu dan setelah terapu radiasi kepala dan leher.
(Samson P.Barus).

      Stomatitis ini diawali dengan kondisi di dalam tubuh yang terganggu. Hal ini dapat dikarenakan demam, kondisi higiene mulut yang tidak baik, maupun stress. Ketidakseimbangan ini dapat mengakibatkan peradangan di dalam rongga mulut. Peradangan biasanya disertai dengan ulkus (tukak), akibatnya penderita mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan makanan. Stomatitis ini seringkali diakhiri dengan anoreksia yang dialami penderita (Santoso, 2009).

5.      MANIFESTASI KLINIS          
a.       Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam      :
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b.      Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema atau pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari.
c.       Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.

6.      KOMPLIKASI
a.       Pola nutrisi                              : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur
b.      Pola aktivitas                          : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
c.       Pola Hygiene                           : kurang menjaga kebersihan mulut
d.      Terganggunya rasa nyaman     : biasanya yang sering dijumpai adalah perih

7.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi. Pemeriksaan laboratorium :
a.       WBC (white blood cells) menurun pada stomatitis sekunder
b.      Pemeriksaan kultur virus         : cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
c.       Pemeriksaan cultur bakteri      : eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis

8.      PENATALAKSAAN
a.      Penatalaksanaan Medis
1)      Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
2)      Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
3)      Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama
4)      Makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
5)      Hindari stres
6)      Pemberian Atibiotik
7)      Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga maka di berikan talidomid.

b.      Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus.

   B.     PROSES KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
a.       Riwayat Kesehatan
1)      Keluhan Utama; nyeri, Mukosa oral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu sensasi rasa luka

2)      Riwayat Kesehatan Sekarang
      Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak , kurang vitamin C, vitamin B12 dan mineral.
3)      Riwayat Kesehatan Dahulu
      Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun sehingga lebih mudah terkena stomatitis.


4)      Riwayat Kesehatan Keluarga
      Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
stomatitis. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren) atau sariawan adalah keturunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita SAR lebih rentan untuk mengalami SAR juga.
5)      Riwayat Psiko-Sosial
      sterss, gaya hidup (alkohol, perokok) serta kaji fungsi dan
penampilan dari rongga mulut terhadap body image dan sex.


b.      Pemeriksaan Fisik
1)      TTV
a)      Tekanan Darah
b)      Nadi
c)      Pernafasan
d)     Suhu
e)      Skala Nyeri
2)      Bibir
Dimulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembapan, hidrasi, warna, tekstur, simetrisitas dan adanya ulserasi atau fisura.
3)      Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan perubahan warna.
4)      Lidah
Dorsal (punggung) diinspeksi untuk tekstur, warna dan lesi.
5)      Rongga Mulut
Inspeksi bagian mutut terhadap adanya lesi, bercak putih terutama pada bagian mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit – langit.


c.       Pemeriksaan Penunjang







2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
b.      Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral
c.       Risiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan perubahan mucosa oral penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat rasa nyeri di mukosa mulut
d.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut

3.      INTERVENSI
a.       Perubahan mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mukosa oral kembali normal dan lesi berangsur sembuh.

Kriteria Hasil :
1)      Mukosa oral kembali normal (tidak bengkak dan hiperemi)
2)      Lesi berkurang dan berangsur sembuh.
3)      Membran mukosa oral lembab

Intervensi        :
Mandiri
1)      Pantau aktivitas klien, cegah hal-hal yang bisa memicu terjadinya stomatitis
2)      Kaji adanya komplikasi akibat kerusakan membran mukosa oral

Kolaborasi       :
1)      Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat kumur

Health education :
1)      Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.
2)      Ajarkan oral hygene yang baik

b.      Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat rasa nyeri di mukosa mulut.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1)      Status nutrisi terpenuhi
2)      Nafsu makan klien timbul kembali
3)      Berat badan normal
4)      Jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi        :
Mandiri
1)      Beri nutrisi dalam keadaan lunak ; porsi sedikit tapi sering.
2)      Pantau berat badan tiap hari

Kolaborasi       :
1)      Kolaborasi pemasangan NGT jika klien tidak dapat makan dan minum peroral
2)      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet

Health education :
1)      Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting bagi keseimbangan metabolisme tubuh

c.       Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral

Tujuan :
Membran mukosa oral kembali normal

Kriteria Hasil :
1)      Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulut
2)      Tidak bengkak dan hiperemi
3)      Suhu badan normal
Intervensi
Mandiri
1)      Memberikan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia
2)      Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
3)      Menghindari pasta gigi yang merangsang
4)      Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan
Kolaborasi
1)      Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid

Health education
1)      Beri penjelasan tentang faktor penyebab
2)      Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat Besi

d.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut

Tujuan :
Mengalami perubahan konsep diri, dan peningkatan harga diri

Kriteria Hasil :
1)      Klien mau bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain
2)      Klien mengalami peningkatan harga diri dan konsep diri
3)      Nyeri berkurang
Intervensi
Mandiri
1)      Berikan kondisi lingkungan yang nyaman untuk klien
Kolaborasi
1)      Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid


Health education
1)      Beri penjelasan dan pengetahuan mengenai konsep diri
2)      Dorong klien untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar