Minggu, 10 Juni 2012

tuli mendadak


1.      DEFINISI
                      Keadaan dimana individu tidak dapat mendengar sama sekali(total deafness),suatu bentuk ekstrim dari kekurangan pendengaran (dullah,1997). pendapat lain menyatakan bahwa tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat berat.
      Berdasarkan pendapat diatasa dapat disimpulkan bahwa tuli adalah keadaan diman individu tidak dapat mendengar nada anatar 20-20.000 Hz.
      Pendengaran normal ialah dapat mendengar pembicaraan biasa dan tidak ada kesukaran mendengar suara perlahan.seacara fisiologis telinga manusia dapat mendengar suara dengan interval 20-20.000 Hz.

2.      ETIOLOGI

Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh:
1.           Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif)
2.            Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).

Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan lagi menjadi:
1.        Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada telinga dalam)
2.        Penurunan fungsi pendengaran neural (jika kelainannya terletak pada saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).

Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan oleh:
1.        Trauma Akustik (suara yang sangat keras)
2.        Infeksi virus pada telinga dalam
3.        Obat-obatan tertentu
4.        Penyakit Meniere.
5.        Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh:
a)         Tumor otak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf di sekitarnya dan batang otak Infeksi
b)         Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke) - Beberapa         penyakit keturunan (misalnya penyakit Refsum).

3.      PENGKLASIFIKASIAN TULI

Tuli dalam kedokteran dibagi atas 3 jenis:
1.      Tuli/Gangguan Dengar Konduktif yaitu gangguan dengar yang disebabkan kelainan di telinga bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.
2.      Tuli/Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau tengah.
3.      Tuli/Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran.
Untuk menentukan jenis dan derajat ketulian dapat diperiksa dengan audiometri
Disamping dengan pemeriksaan audiometri, ambang respon seseorang terhadap bunyi dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry, dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat diajak komunikasi atau anak kecil.


4.      MANIFESTASI KLINIS
Penderita penurunan fungsi pendengaran bisa mengalami beberapa atau seluruh gejala berikut:
a)      kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik
b)     terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)
c)      kenampuan pendengaran tergangu
d)     kemampuan wicara terganggu
e)      perkembangan social tergangu
f)       Perkenbangan kognitif terganggu
g)      kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
h)     pusing atau gangguan keseimbangan.

5.      PATOFISIOLOGI
                  Terdapat 4 teori yang dipostulasikan bagi terjadinya tuli mendadak yaitu infeksi viral labirin, gangguan vaskuler labirin,ruptur[1] membran  intrakoklear dan penyakit telinga dalam yang berhubungan dengan imun. Suatu proses penyakityang melibatkan salah satu dari kemungkinan  teoiritis ini dapat berakhir dengantuli mendadak, namun tak satupun yang dapat menjelaskan secara menyeluruh.
                  Penelitian terdapat penderita tuli mendadak menunjukan adanya suatu        prevalensi[2] sedang penyakit viral.juga ditemukan bukti serokonversi virus dan histopologi telinga dalam yang konsisten dengan infeksi virus.beberapa  peneliti mancatata 17-33% penderita tuli menadadk baru penderita penyakit    virus.
                  Pada pemeriksaan histopolois tulang temporal,gambaran kehilang  sel rambut dan sel penyokong.atrofi membran tektoria ,atrofi satria vaskuleris  dan kehilangan neuron sesuai dengan kerusakan akibat virus .pola kerusakan     ini mirip dengan gambaran yang ditemukan pada tuli sekunder akibat cacar,campak,dan rubella maternal.
                  Teori kedua menyangkut gangguan vaskuler yang terjadi pada koklea. Koklea merupakan suatu endrogen karna suplai darah. Gangguan vaskuler   koklea akibat trombosis,embolus,penurunan darah atau vasospasme adalah      etiologi tuli mendadak .penurunan oksigenasi kokleak mungkin akibat dari            perubahan aliran darah koklea
                  Perdarahan intrakokleamerupakan manifestasi awal yang diikuti  fibrosis dan osifikasi koklea. Pada suatustudi ditemukan kesamaanantara  faktor risiko koroner iskemik dan faktor risiko tuli mendadak. Penemuan  keterlibatan vaskuler dalam patogenesis tuli mendadak dapat dijadikan sebagai  strategi preventif dan terapeutik.Teori lainnya terjadi tuli adalah akibat ruptur   membran intrakoklea.Membran ini memisah telinga tengan dan telinga dalam.Di dalam koklea juga terdapatmembran-membran halus memisah ruang  perilimfe dan endolimfe.Secara teoritis, ruptur dari salah satu atau kedua jenis     membran ini  dapat mengakibatkan tuli mendadak.
                  Kebocoran cairan perilimfe ke ruang telinga tengah lewat round  window dan oval window telah diyakini sebagai mekanisme penyebab  tuli.ruptur membran intrakoklea membolehkan bercampurnya perilimfe dan  endolimfe dan merobah potensi endoklea secara efektif
                 
6.      TANDA DAN GEJALA
                               Penderita mengeluh pendengarannya tiba-tiba berkurang pada satu atau                  kedua telinga yang sebelumnya dianggap normal. Biasanya keadaan ini disadari penderita  ketika bangun tidur pagihari ataupun setelah bekerja.Umumnya penderita dapat   mengatakan dengan pasti saat mulaitimbulnya ketulian. Ketulian dapat mengenai  semua frekuensi pendengaran, tetapi yang seringpada frekuensi tinggi. Tuli mendadak  biasanya disertai dengan   tinitus (91,0%), vertigo (42,9 %),rasa penuh pada telinga  yang sakit  (40,7%), otalgia (6,3%), parestesia (3,5%), tuli sarafsebelumnya(9,2%),                               tinitus sebelumnya (4,2% dan gangguan vestibuler sebelumnya(5,0%).

7.      KOMPLIKASI

a)      Tuli konduksi
b)      Kehilangan pendengaran total
c)      Tuli sensonieural
d)     Paralisis fasialis
e)      Fistula labyrinthin
f)       abses periosteal, trombosis sinus lateral dan abses intrakranial
g)      Komplikasi ke SSP=>Meningitis, Abses otak, hidrosefalus otitis

7.    PEMERIKASAAN FISIK
                          a. Inspeksi
                               Inspeksi keadaan umum telinga, pembengkakan pada MAE                                       (meatusauditorius eksterna) perhatikan adanya cairan atau bau, warna kulit                    telinga, penumpukan        serumen,tonjolan yang nyeri dan berbentuk halus, serta                      adanya  peradangan. 
                   b. Palpasi
                               Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri                    dari klien,maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna                                              sirkumskripta(furunkel).

8.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
       1)    Pemeriksaan dengan garputala
        Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan menempatkan garputala yang telah digetarkan di dekat telinga sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke telinga.
Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluaran telinga, telinga tengah, telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak.
Pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung pegangan garputala yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus[3] (tulang yang menonjol di belakang telinga). Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam, koklea mengandung sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang saraf pendengaran. Pemeriksaan ini hanya menilai telinga dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak.
Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif
jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensorineural.
2)    Audiometri
         Menggunakan suatu alat “audiometer” yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu.
         Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya. Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus[4].
3)    Audiometri Ambang bicara
                   Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu. Dilakukan perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata yang diucapkan dengan benar.


4)    Diskriminasi
         Dilakukan penilaian terhadap kemampuan untuk membedakan kata-kata yang bunyinya hampir sama. Digunakan kata-kata yang bunyinya hampir sama. Pada tuli konduktif, nilai diskriminasi (presentasi kata yang diulang dengan benar) biasanya berada dalam batas normal. Pada tuli sensori, nilai diskriminasi berada dibawah normal. Pada tuli neural, nilai diskriminasi berada jauh di bawah normal.

5)    Timpanometri
         Merupakan sejenis audiometri yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan) pada telinga tengah. Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif.
Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan tekanan di saluran telinga. Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa :
a.       Penyumbatan tuba eustacheus
b.      Cairan di dalam telinga tengah
c.       Kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan suara melalui telinga tengah.
d.      Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada kontraksi otot stapedius, yang melekat pada tulang stapes. Jika terjadi penurunan fungsi pendengaran neural, maka refleks akustik akan berubah atau menjadi lambat. Dengan refleks yang lambat otot stapedius tidak dapat berkontraksi selama telinga menerima suara yang gaduh.


6)    Respon auditoris batang otak
                          Pemeriksaan ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul akibat rangsangan pada saraf pendengaran.
                          Respon auditoris batang otak juga dapat digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu pada penderita koma atau penderita yang menjalani pembedahan otak.


7)    Elektrokokleografi
          Digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran. Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilai pendengaran pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadar terhadap suara, misal untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi, hipakusis psikogenik (pura-pura tuli).

9.      PENATALAKSANAAN
a.   Alat bantu dengar tuli
1)      Alat bantu dengar,Merupakan alat elektronik yang dioperasikan dengan bateri yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari sebuah mikrofon untuk menangkap suara, amplifier untuk meningkatkan volume suara, speaker untuk menghantarkan suara yang volumenya telah dinaikkan. Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural.
2)      Alat bantu dengar hantaran udara,Alat ini paling banyak digunakan, biasanya dipasang di dalam saluran telinga dengan sebuah penutup kedap udara atau sebuah selang kecil yang terbuka
3)      Alat bantu dengar hantaran tulang,Alat ini digunakan oleh penderita yang tidak dapat memakai alat bantu dengar hantaran udara, misalnya penderita yang terlahir tanpa saluran telinga atau jika keluar cairan dari telinganya (otorea). Alat ini dipasang di kepala biasanya dibelakang telinga dengan bantuan sebuah pita elastis. Suara dihantarkan melalui tulang tengkorak ke telinga dalam. Beberapa alat bantu dengar hantaran tulang bisa ditanamkan pada tulang di belakang telinga.
4)      Pencangkokan koklea,Implan / pencangkokan koklea dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar.
Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 5 bagian :
a)      Sebuah microfon untuk menangkap suara dari sekitar
b)      Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang tertangkap mikrofon
c)      Sebuah transmitter dan stimulator / penerima yang berfungsi menerima sinyal dari prosesor percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik
d)     Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan mengirimnya ke otak
e)      Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu dengar. Alat bantu dengar berfungsi memperkeras suara, implan koklea menggantikan fungsi dari bagian telinga yang mengalami kerusakan.

b.         Pengobatan
                        Pada sebagian besar kasus tuli mendadak, penyebab spesifik tidak dapat diidentifikasi, sehingga penatalaksanaan yang diberika bersifat empiris. Penatalaksanaan dengan memberikan paduan obat untuk semua kemungkinan patofisiologi tuli mendadakmencakup   kortikosteroid, vasodilator, diuretik, histamin, plasma ekspander,     inhalasi karbogen,calsium channel blocker

A.    PROSES KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN  
     1.     Riwayat kesehatan
                          a.  Biodata
1)      Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dan diagnosa medis. 
2)      Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia,pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
3)      Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan klien, dan status kesehatan.

2.     Keluhan Utama
       
        Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telingadisentuh.   Didalam telinga terasa penuh karena adanya penumpukan serumenatau disertai   pembengkakan.Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai  demam..

3.     Riwayat Kesehatan Sekarang
        Pasien mulai merasakan nyeri yang memanas
4.     Riwayat Kesehatan Dahulu
        Pasien pernah masuk RS karena gangguan pendengaran
5.     Riwayat Kesehatan Keluarga
        Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami          yaitu gangguan pendengaran

a.       Pola Fungsi Kesehatan
1)      Pola Persepsi Terhadap Kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeli obat di toko obat terdeat atau apabila tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
2)      Pola Istirahat Tidur
Pada pasien tuli mendadak terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri
3)      Pola Nutrisi Metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
4)      Pola Konep Diri
5)      Pola Koping
a)      Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa nyeri, dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
b)      Kehilangan atau perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
c)      Cemas
d)     Pandangan terhadap masa depan klien pesimis

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.   Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
b.   Gangguan sensori persepsi : pendengaran berhubungan dengan adanya  benjolan atau furunkel
c.   Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi dan            tindakan pencegahannya.
d.   Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami  orang lain (kurangnya pendengaran),

3.      INTERVENSI KEPERAWATAN

a.       Nyeri diatasi dengan pemberian obat analgesik berdasarkan kolaborasi dokter
Tujuan             :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien dapat teratasi
Kriteria Hasil   :
1.      Nyeri terkontrol
2.      Pusing hilang

Intervensi  :
1.      Kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi nyeri
2.      Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingungan yang kurang menyenangkan
3.      Kolaborasi dengan dokter pemberi analgesic
4.      Kolaborasi pemberian antibiotika

b.      Gangguan sensori persepsi : pendengaran berhubungan dengan adanya  benjolan atau furunkel
Tujuan             :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan pendengan klien tidak terganggu
Kriteria Hasil   :
1.      Klien tidak bengkak lagi
Intervensi        :
1.      Berikan kenyamanan pada klien
2.      Kolaborasi dengan dokter pemberian analgeti

c.   Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab      infeksi dan tindakan pencegahannya.
Tujuan             :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak cemas lagi dengan

Kriteria Hasil   :
1.      Klien tidak resah
2.      Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan
3.      Klien mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas
4.      Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan bekurangnya kecemasan
Intervensi        :
1.      Identifiasi kecemasan
2.      Gunakan pendekatan yang menenangan
3.      Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi takut
4.      Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5.      Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis
d.   Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami       orang lain (kurangnya pendengaran),
Tujuan             :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan konsep diri
Intervensi :
1.      Klien mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
2.      Mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada
3.      Dorong individu untuk mengekspresian perasaan khususnya mengenai pikiran, pandangan dirinya
4.      Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan, perkembangan kesehatan




[1] Ruptur;robek
[2] Prevalence;jumlah penderita penyakit tertentu utk daerah dan wktu tertentu
4Processus mastoideus;tonjol mastoideus

1 komentar:

  1. pertanda ejakulasi dini

    Ejakulasi dini tak cuma berlangsung waktu jalankan jalinan seksual, melainkan tengah mampu berlangsung sewaktu masturbasi. Ejakulasi dini diklasifikasikan jadi dua, ialah ejakulasi dini hakiki dan ejakulasi dini sekunder. dengan cara logika, Klinik Apollo piawai Kelamin Jakarta ejakulasi dini radikal mampu ditandai dengan:

    • Ejakulasi yg senantiasa atau nyaris senantiasa berjalan dekat tunggal menit penetrasi vagina.
    • Ketidakmampuan pada mengembalikan ejakulasi terhadap tiap-tiap atau nyaris tiap-tiap penetrasi vagina.
    • Konsekuensi pribadi yg negatif, seperti frustasi, tensi atau menghindari keintiman seksual.
    • pertanda Ejakulasi dini sekunder nyaris serupa bersama ejakulasi dini mendasar, bedanya ejakulasi dini sekunder berlangsung sesudah kamu sempat sehat asal ejakulasi dini radikal, selanjutnya berlangsung lagi.

    Apabila kamu memiliki persen Pengobatan ejakulasi dini yg ampuh di atas, sebaiknya kamu cepat bagi lakukan pengobatan sebelum pertanyaan kamu kerugian bakal makin memperparah keadaan badan anda.

    Demikian sebentar tasyrih mengenai Pengobatan ejakulasi dini yg ampuh, jikalau timbil terkandung menyosor kamu, langsung diobati, pengobatan Klinik Apollo profesional kelamin yg telah terjamin khasitanya memulihkan penderita bermacam macam problem kelamin Andrologi dan Ginekologi.

    “ aku awal Klinik Apollo biaya terjangkau memiliki pemecahan guna memulihkan perkara kamu “

    Jika kamu meraup urusan di atas, kepada berita lebih lanjut dan silakan dengar pendapat cepat bersama “ DOKTER ONLINE free “ 021-62303060 / 0813-1518-6262

    article from: Klinik Andrologi
    Peringatan : Sekali lagi apabila anda merasa artikel ana belum terang atau ada hal lain, sehingga kamu dapat klik Chat Online, di mana profesional saya dapat menjawab keluhan kamu, atau hubungi nomer (021)-62303060. Klinik Apollo Jakarta mengharapkan mudah-mudahan kamu selalu sembuh.

    Klinik andrologi jakarta pusat | sirkumsisi kulup panjang

    Ejakulasi dini | Klinik Apollo spesialis kelamin

    Chat Online | Free Consultasion

    BalasHapus