1.
DEFINISI
Keadaan
dimana individu tidak dapat mendengar sama sekali(total deafness),suatu bentuk
ekstrim dari kekurangan pendengaran (dullah,1997). pendapat lain menyatakan
bahwa tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat berat.
Berdasarkan pendapat diatasa
dapat disimpulkan bahwa tuli adalah keadaan diman individu tidak dapat
mendengar nada anatar 20-20.000 Hz.
Pendengaran normal ialah dapat
mendengar pembicaraan biasa dan tidak ada kesukaran mendengar suara
perlahan.seacara fisiologis telinga manusia dapat mendengar suara dengan
interval 20-20.000 Hz.
2.
ETIOLOGI
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh:
1.
Suatu masalah mekanis di dalam
saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran
suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif)
2.
Kerusakan pada telinga dalam, saraf
pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran
sensorineural).
Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan lagi menjadi:
1.
Penurunan fungsi pendengaran
sensorik (jika kelainannya terletak pada telinga dalam)
2.
Penurunan fungsi pendengaran
neural (jika kelainannya terletak pada saraf pendengaran atau jalur saraf
pendengaran di otak).
Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan,
tetapi mungkin juga disebabkan oleh:
2.
Infeksi virus pada telinga dalam
3.
Obat-obatan tertentu
4.
Penyakit Meniere.
5.
Penurunan fungsi pendengaran
neural bisa disebabkan oleh:
a)
Tumor otak yang juga menyebabkan
kerusakan pada saraf-saraf di sekitarnya dan
batang otak Infeksi
b)
Berbagai penyakit otak dan saraf
(misalnya stroke) - Beberapa penyakit keturunan
(misalnya penyakit Refsum).
3.
PENGKLASIFIKASIAN TULI
Tuli dalam kedokteran dibagi atas 3 jenis:
1.
Tuli/Gangguan Dengar Konduktif
yaitu gangguan dengar yang disebabkan kelainan di telinga bagian luar dan/atau telinga bagian tengah,
sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan
infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang
telinga.
2.
Tuli/Gangguan Dengar Saraf atau
Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat kerusakan saraf pendengaran,
meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau
tengah.
3.
Tuli/Gangguan Dengar Campuran
yaitu gangguan yang merupakan campuran kedua jenis gangguan dengar di atas,
selain mengalami kelainan di telinga bagian luar dan tengah juga mengalami
gangguan pada saraf pendengaran.
Disamping dengan pemeriksaan audiometri, ambang respon seseorang terhadap
bunyi dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response
Audiometry, dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat diajak komunikasi atau
anak kecil.
4.
MANIFESTASI KLINIS
Penderita penurunan fungsi pendengaran bisa mengalami beberapa atau seluruh
gejala berikut:
a)
kesulitan dalam mendengarkan
percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik
b)
terdengar gemuruh atau suara
berdenging di telinga (tinnitus)
c)
kenampuan pendengaran tergangu
d)
kemampuan wicara terganggu
e)
perkembangan social tergangu
f)
Perkenbangan kognitif terganggu
g)
kelelahan dan iritasi karena
penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
h)
pusing atau gangguan
keseimbangan.
5.
PATOFISIOLOGI
Terdapat 4 teori
yang dipostulasikan bagi terjadinya tuli mendadak yaitu infeksi viral
labirin, gangguan vaskuler
labirin,ruptur[1]
membran intrakoklear
dan penyakit telinga dalam yang berhubungan dengan imun. Suatu proses penyakityang melibatkan
salah satu dari kemungkinan teoiritis
ini dapat berakhir dengantuli mendadak, namun tak satupun yang dapat menjelaskan
secara menyeluruh.
Penelitian terdapat
penderita tuli mendadak menunjukan adanya suatu prevalensi[2] sedang penyakit viral.juga
ditemukan bukti serokonversi virus dan histopologi
telinga dalam yang konsisten dengan infeksi virus.beberapa peneliti mancatata 17-33% penderita tuli menadadk
baru penderita penyakit virus.
Pada pemeriksaan
histopolois tulang temporal,gambaran kehilang sel
rambut dan sel penyokong.atrofi membran tektoria ,atrofi satria vaskuleris dan kehilangan neuron sesuai dengan
kerusakan akibat virus .pola kerusakan ini
mirip dengan gambaran yang ditemukan pada tuli sekunder akibat cacar,campak,dan rubella maternal.
Teori kedua
menyangkut gangguan vaskuler yang terjadi pada koklea. Koklea merupakan suatu endrogen karna suplai darah. Gangguan
vaskuler koklea akibat
trombosis,embolus,penurunan darah atau vasospasme adalah etiologi tuli mendadak .penurunan
oksigenasi kokleak mungkin akibat dari perubahan
aliran darah koklea
Perdarahan intrakokleamerupakan manifestasi awal
yang diikuti fibrosis dan osifikasi
koklea. Pada suatustudi ditemukan kesamaanantara faktor risiko koroner iskemik dan faktor risiko tuli mendadak.
Penemuan keterlibatan vaskuler
dalam patogenesis tuli mendadak dapat dijadikan sebagai strategi preventif dan terapeutik.Teori
lainnya terjadi tuli adalah akibat ruptur membran
intrakoklea.Membran ini memisah telinga tengan dan telinga dalam.Di dalam koklea juga terdapatmembran-membran
halus memisah ruang perilimfe
dan endolimfe.Secara teoritis, ruptur dari salah satu atau kedua jenis membran ini dapat mengakibatkan tuli mendadak.
Kebocoran cairan
perilimfe ke ruang telinga tengah lewat round window
dan oval window telah diyakini sebagai mekanisme penyebab tuli.ruptur membran intrakoklea
membolehkan bercampurnya perilimfe dan endolimfe
dan merobah potensi endoklea secara efektif
6.
TANDA DAN GEJALA
Penderita mengeluh pendengarannya
tiba-tiba berkurang pada satu atau kedua
telinga yang sebelumnya dianggap
normal. Biasanya keadaan ini disadari
penderita ketika bangun tidur
pagihari ataupun setelah bekerja.Umumnya
penderita dapat mengatakan dengan
pasti saat mulaitimbulnya ketulian.
Ketulian dapat mengenai semua
frekuensi pendengaran, tetapi yang
seringpada frekuensi tinggi. Tuli mendadak biasanya
disertai dengan tinitus
(91,0%), vertigo (42,9 %),rasa penuh pada telinga yang sakit (40,7%), otalgia (6,3%), parestesia (3,5%),
tuli sarafsebelumnya(9,2%), tinitus
sebelumnya (4,2% dan gangguan vestibuler sebelumnya(5,0%).
7.
KOMPLIKASI
a) Tuli konduksi
b) Kehilangan pendengaran total
c)
Tuli sensonieural
d)
Paralisis fasialis
e)
Fistula labyrinthin
f)
abses periosteal, trombosis sinus lateral dan abses
intrakranial
g)
Komplikasi ke SSP=>Meningitis, Abses otak,
hidrosefalus otitis
7. PEMERIKASAAN
FISIK
a. Inspeksi
Inspeksi
keadaan umum telinga, pembengkakan pada MAE (meatusauditorius eksterna)
perhatikan adanya cairan atau bau, warna kulit telinga, penumpukan serumen,tonjolan yang nyeri dan berbentuk
halus, serta adanya peradangan.
b. Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun
telinga, jika terjadi respon nyeri dari
klien,maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta(furunkel).
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan dengan garputala
Pada dewasa, pendengaran melalui
hantaran udara dinilai dengan menempatkan garputala yang telah digetarkan di
dekat telinga sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke telinga.
Penurunan
fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan adanya
kelainan pada saluaran telinga, telinga tengah, telinga dalam, saraf
pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak.
Pendengaran
melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung pegangan garputala
yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus[3]
(tulang yang menonjol di belakang telinga). Getaran akan diteruskan ke seluruh
tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam, koklea mengandung
sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf yang selanjutnya akan
berjalan di sepanjang saraf pendengaran. Pemeriksaan ini hanya menilai telinga
dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak.
Jika
pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran
tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif
jika
pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli
sensorineural.
2)
Audiometri
Menggunakan
suatu alat “audiometer” yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume
tertentu.
Ambang
pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari
setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya. Untuk mengukur
pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur
pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan yang
kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus[4].
3)
Audiometri Ambang bicara
Audiometri
ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa
dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku
kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu. Dilakukan
perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata
yang diucapkan dengan benar.
4)
Diskriminasi
Dilakukan
penilaian terhadap kemampuan untuk membedakan kata-kata yang bunyinya hampir
sama. Digunakan kata-kata yang bunyinya hampir sama. Pada tuli konduktif, nilai
diskriminasi (presentasi kata yang diulang dengan benar) biasanya berada dalam
batas normal. Pada tuli sensori, nilai diskriminasi berada dibawah normal. Pada
tuli neural, nilai diskriminasi berada jauh di bawah normal.
5)
Timpanometri
Merupakan
sejenis audiometri yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan) pada
telinga tengah. Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari
tuli konduktif.
Dengan alat ini
bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa
banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan tekanan di saluran
telinga. Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa :
a.
Penyumbatan tuba eustacheus
b.
Cairan di dalam telinga tengah
c.
Kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang
menghantarkan suara melalui telinga tengah.
d.
Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan
pada kontraksi otot stapedius, yang melekat pada tulang stapes. Jika terjadi
penurunan fungsi pendengaran neural, maka refleks akustik akan berubah atau menjadi
lambat. Dengan refleks yang lambat otot stapedius tidak dapat berkontraksi
selama telinga menerima suara yang gaduh.
6)
Respon auditoris batang otak
Pemeriksaan
ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul akibat rangsangan pada saraf pendengaran.
Respon
auditoris batang otak juga dapat digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu
pada penderita koma atau penderita yang menjalani pembedahan otak.
7)
Elektrokokleografi
Digunakan
untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran. Elektrokokleografi dan
respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilai pendengaran pada
penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadar
terhadap suara, misal untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi,
hipakusis psikogenik (pura-pura tuli).
9. PENATALAKSANAAN
a. Alat bantu dengar tuli
1)
Alat bantu dengar,Merupakan alat elektronik yang
dioperasikan dengan bateri yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga
komunikasi bisa berjalan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari sebuah mikrofon
untuk menangkap suara, amplifier untuk meningkatkan volume suara, speaker untuk
menghantarkan suara yang volumenya telah dinaikkan. Alat bantu dengar sangat
membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan
fungsi pendengaran sensorineural.
2)
Alat bantu dengar hantaran udara,Alat ini paling
banyak digunakan, biasanya dipasang di dalam saluran telinga dengan sebuah
penutup kedap udara atau sebuah selang kecil yang terbuka
3)
Alat bantu dengar hantaran tulang,Alat ini
digunakan oleh penderita yang tidak dapat memakai alat bantu dengar hantaran
udara, misalnya penderita yang terlahir tanpa saluran telinga atau jika keluar
cairan dari telinganya (otorea). Alat ini dipasang di kepala biasanya
dibelakang telinga dengan bantuan sebuah pita elastis. Suara dihantarkan
melalui tulang tengkorak ke telinga dalam. Beberapa alat bantu dengar hantaran
tulang bisa ditanamkan pada tulang di belakang telinga.
4)
Pencangkokan koklea,Implan / pencangkokan koklea
dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat mendengar meskipun telah
menggunakan alat bantu dengar.
Alat ini
dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 5 bagian :
a)
Sebuah microfon untuk menangkap suara dari sekitar
b)
Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih
dan mengubah suara yang tertangkap mikrofon
c)
Sebuah transmitter dan stimulator / penerima yang
berfungsi menerima sinyal dari prosesor percakapan dan merubahnya menjadi
gelombang listrik
d)
Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari
stimulator dan mengirimnya ke otak
e)
Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu
dengar. Alat bantu dengar berfungsi memperkeras suara, implan koklea
menggantikan fungsi dari bagian telinga yang mengalami kerusakan.
b. Pengobatan
Pada sebagian besar
kasus tuli mendadak, penyebab spesifik tidak dapat diidentifikasi, sehingga penatalaksanaan yang diberika bersifat empiris.
Penatalaksanaan dengan memberikan paduan obat untuk semua
kemungkinan patofisiologi tuli mendadakmencakup kortikosteroid, vasodilator, diuretik, histamin, plasma ekspander, inhalasi
karbogen,calsium channel blocker
A.
PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Riwayat
kesehatan
a. Biodata
1) Identitas klien
meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dan diagnosa
medis.
2) Identitas orang
tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu,
usia,pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
3) Identitas
saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan klien, dan
status kesehatan.
2. Keluhan Utama
Biasanya
klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telingadisentuh. Didalam telinga terasa penuh karena adanya
penumpukan serumenatau disertai pembengkakan.Terjadi
gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai demam..
3. Riwayat
Kesehatan Sekarang
Pasien
mulai merasakan nyeri
yang memanas
4. Riwayat
Kesehatan Dahulu
Pasien
pernah masuk RS karena gangguan pendengaran
5. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Dalam
keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu
gangguan pendengaran
a.
Pola Fungsi
Kesehatan
1)
Pola Persepsi
Terhadap Kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeli obat di toko obat terdeat
atau apabila
tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
2)
Pola Istirahat
Tidur
Pada pasien tuli mendadak terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri
3)
Pola Nutrisi
Metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
4)
Pola Konep Diri
5)
Pola Koping
a)
Masalah utama
yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa nyeri, dan pasien
menjadi malas untuk bekerja.
b)
Kehilangan atau
perubahan yang terjadi perubahan
yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
c)
Cemas
d)
Pandangan
terhadap masa depan klien pesimis
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan
dengan proses inflamasi
b. Gangguan sensori persepsi : pendengaran berhubungan dengan adanya benjolan atau furunkel
c. Ansietas berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit, penyebab infeksi
dan tindakan
pencegahannya.
d. Gangguan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami orang lain (kurangnya pendengaran),
3. INTERVENSI
KEPERAWATAN
a.
Nyeri diatasi dengan pemberian obat analgesik berdasarkan
kolaborasi dokter
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
nyeri klien dapat teratasi
Kriteria Hasil :
1.
Nyeri terkontrol
2.
Pusing hilang
Intervensi :
1.
Kaji intensitas
nyeri, karakteristik dan catat lokasi nyeri
2.
Berikan
perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingungan yang kurang
menyenangkan
3.
Kolaborasi
dengan dokter pemberi analgesic
4.
Kolaborasi
pemberian antibiotika
b. Gangguan sensori persepsi : pendengaran berhubungan dengan adanya benjolan atau furunkel
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan pendengan klien tidak
terganggu
Kriteria Hasil :
1.
Klien tidak
bengkak lagi
Intervensi :
1.
Berikan
kenyamanan pada klien
2.
Kolaborasi
dengan dokter pemberian analgeti
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit, penyebab infeksi dan tindakan
pencegahannya.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
klien tidak cemas lagi dengan
Kriteria Hasil :
1.
Klien tidak
resah
2.
Klien tampak
tenang dan mampu menerima kenyaataan
3.
Klien
mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas
4.
Postur tubuh
ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan bekurangnya
kecemasan
Intervensi :
1.
Identifiasi
kecemasan
2.
Gunakan
pendekatan yang menenangan
3.
Temani pasien
untuk memberian keamanan dan mengurangi takut
4.
Bantu pasien
mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5.
Berikan
informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis
d. Gangguan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami orang lain (kurangnya pendengaran),
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
klien tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan konsep diri
Intervensi :
1.
Klien
mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
2.
Mengakui dan
memantapkan kembali system dukungan yang ada
3.
Dorong individu
untuk mengekspresian perasaan khususnya mengenai pikiran, pandangan dirinya
4.
Dorong individu
untuk bertanya mengenai masalah penanganan, perkembangan kesehatan
pertanda ejakulasi dini
BalasHapusEjakulasi dini tak cuma berlangsung waktu jalankan jalinan seksual, melainkan tengah mampu berlangsung sewaktu masturbasi. Ejakulasi dini diklasifikasikan jadi dua, ialah ejakulasi dini hakiki dan ejakulasi dini sekunder. dengan cara logika, Klinik Apollo piawai Kelamin Jakarta ejakulasi dini radikal mampu ditandai dengan:
• Ejakulasi yg senantiasa atau nyaris senantiasa berjalan dekat tunggal menit penetrasi vagina.
• Ketidakmampuan pada mengembalikan ejakulasi terhadap tiap-tiap atau nyaris tiap-tiap penetrasi vagina.
• Konsekuensi pribadi yg negatif, seperti frustasi, tensi atau menghindari keintiman seksual.
• pertanda Ejakulasi dini sekunder nyaris serupa bersama ejakulasi dini mendasar, bedanya ejakulasi dini sekunder berlangsung sesudah kamu sempat sehat asal ejakulasi dini radikal, selanjutnya berlangsung lagi.
Apabila kamu memiliki persen Pengobatan ejakulasi dini yg ampuh di atas, sebaiknya kamu cepat bagi lakukan pengobatan sebelum pertanyaan kamu kerugian bakal makin memperparah keadaan badan anda.
Demikian sebentar tasyrih mengenai Pengobatan ejakulasi dini yg ampuh, jikalau timbil terkandung menyosor kamu, langsung diobati, pengobatan Klinik Apollo profesional kelamin yg telah terjamin khasitanya memulihkan penderita bermacam macam problem kelamin Andrologi dan Ginekologi.
“ aku awal Klinik Apollo biaya terjangkau memiliki pemecahan guna memulihkan perkara kamu “
Jika kamu meraup urusan di atas, kepada berita lebih lanjut dan silakan dengar pendapat cepat bersama “ DOKTER ONLINE free “ 021-62303060 / 0813-1518-6262
article from: Klinik Andrologi
Peringatan : Sekali lagi apabila anda merasa artikel ana belum terang atau ada hal lain, sehingga kamu dapat klik Chat Online, di mana profesional saya dapat menjawab keluhan kamu, atau hubungi nomer (021)-62303060. Klinik Apollo Jakarta mengharapkan mudah-mudahan kamu selalu sembuh.
Klinik andrologi jakarta pusat | sirkumsisi kulup panjang
Ejakulasi dini | Klinik Apollo spesialis kelamin
Chat Online | Free Consultasion