A. KONSEP
DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Tumor hidung merupakan
tumor yang berada di rongga yang dibatasi oleh tulang-tulang wajah
yang merupakan daerah yang terlindung sehingga tumor yang timbul di daerah ini
sulitdiketahui secara dini. Tumor
ganas hidung bagian dalam jarang terjadi.
Tumor hidung adalah pertumbuhan ke arah ganas yangmengenai hidung dan lesi
yang menyerupai tumor pada rongga hidung, termasuk kulit dari hidung luar dan
vestibulum nasi.
Merupakan tersumbatnya
perjalananudara melalui nostril oleh deviasi septumnasi, hipertrofi tulang
torbinat / tekananpolip yang dapat mengakibatkanepisode nasofaringitis infeksi(Brunner &Sudarth, 200
2. ETIOLOGI
Etiologi tumor ganas hidung belum
diketahui, tetapi diduga beberapa zat hasil industri merupakan penyebab antara
lain nikel, debu kayu, kulit, formaldehid, kromium, minyak isopropyl dan
lain-lain
3. PENGKLASIFIKASIAN
HIDUNG
1.
Tumor
Jinak
Tumor jinak tersering adalah papiloma skuamosa. Secara makroskopis mirip
dengan polip, tetapi lebih vaskuler, padat dan tidak mengkilap. Ada
2 Jenis
papiloma,
Pertama
eksofitik atau fungiform
dan yang kedua endofitik disebut papiloma inverted. Papiloma
inverted ini bersifat sangat invasive,dapat merusak jaringan sekitarnya. Tumor
ini sangat cenderung untuk residif dan dapat berubah menjadi ganas. Lebih
sering dijumpai pada anak laki-laki usia tua. Terapi adalah bedah radikal
misalnya rinotomi lateral atau maksilektomi media5.
Tumor
jinak angiofibroma nasofaring sering bermanifestasi sebagai massa yang mengisi
rongga hidung bahkan juga mengisi seluruh rongga sinus paranasal dan mendorong
bola mata ke anterior.
2.
Tumor
Ganas
Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul
oleh karsinoma yang berdeferensiasi dan tumor kelenjar.
Sinus maksila adalah yang tersering terkena
(65-80%), disusul sinus etmoid (15-25%), hidung sendiri (24%), sedangkan sinus
sphenoid dan frontal jarang terkena.Metastasis ke kelenjar leher jarang terjadi
(kurang dari 5%) karena rongga sinus sangat miskin dengan system limfa kecuali
bila tumor sudah menginfiltrasi jaringan lunak hidung dan pipi yang kaya akan system
limfatik.Metastasis jauh juga jarang ditemukan (kurang dari 10%) dan organ yang
sering terkena metastasis jauh adalah hati dan paru
4. PATOFISIOLOGI
Berbagai jenis tipe tumor berbeda telah dijelaskan
terdapat pada rahang atas. Jenishistologis yang paling umum adalah karsinoma
sel skuamosa, mewakili sekitar 80%kasus.Lokasi primer tidak selalu mudah untuk
ditentukan dengan sejumlah sinus berbeda yangsecara umum terlibat seiring waktu
munculnya pasien. Mayoritas (60%) tumor tampaknya berasal dari antrum, 30%
muncul dalam rongga hidung, dan sisa 10% muncul dari etmoid. Tumor primer
frontal dan sfenoid sangat jarang
Limfadenopati servikal teraba muncul pada sekitar
15% pasien pada presentasi.Gambaran kecil ini disebabkan drainase limfatik
sinus paranasal ke nodus retrofaring dandari sana ke rantai servikal dalam
bawah. Sebagai akibatnya, nodus yang terlibat diawaltidak mudah dipalpasi di
bagian leher manapun.Tumor hidungdapat diketahui
bersama-samadengan polip nasi dan cenderung untuk timbul bersama tumor hidung
sel skuamosa maligna,lebih sering timbul didinding lateral hidung dan daapt
pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung,perdarahan intermiten atau
keduanya
5. MANIFESTASI
KLINIS
Gejala dini tidak khas, pada stadium
lanjut tergantung asal tumor dan arah perluasannya.
Gejala hidung:
Buntu hidung unilateral dan progresif.
1.
Buntu bilateral bila
terjadi pendesakan ke sisi lainnya.
2.
Skret hidung
bervariasi, purulen dan berbau bila ada infeksi.
3.
Sekret yang tercampur
darah atau adanya epistaksis menunjukkan kemungkinan keganasan.
4.
Rasa nyeri di sekitar
hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus, sedangkan rasa nyeri
terus-menerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi tumor ganas.
Gejala lainnya dapat timbul bila sinus
paranasal juga terserang tumor seperti:
a)
Pembengkakan pipi
b)
Pembengkakan palatum
durum
c)
Geraham atas goyah,
maloklusi gigi
d)
Gangguan mata bila
tumor mendesak rongga orbita.
6. KOMPLIKASI
Tidak dapat bermetasis,tetapi sangat
destruktif disekitarnya dapat menyebar memenuhi nasofaring dan terlihat dari
orofaring
7. PEMERIKASAAN
FISIK
1) Inspeksi
terhadap wajah, mata, pipi, geraham dan palatum: didapatkan pembengkakan sesuai
lokasi pertumbuhan tumor
2) Palpasi,
teraba tumor dan pembesaran kelenjar leher
8. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Foto polos berfungsi sebagai diagnosis
awal, terutama jika ada erosi tulang dan perselubungan padat unilateral, harus
dicurigai keganasan dan dibuat suatu tomogram atau TK. Pemeriksaan MRI dapat
membedakan jaringan tumor dengan jaringan normal tetapi kurang begitu baik
dalam memperlihatkan destruksi tulang.
9. PENATALAKSANAN
Terbaik untuk tumor ganas adalah kombinasi
operasi, radio terapi,dan kemoterapi.Satu pengobatan saja tidak cukup.Kemoterapi bermanfaat pada
tumor ganasdengan metastase atau yang residif atau jenis yang sangat baik
dengan kemoterapi,misalnya limfoma malignum.Pada tumor jinak dilakukan
ekstirpasi tumor sebersih mungkin. Bila perludilakukan cara pendekatan
rinotomi lateral atau degloving.Untuk
tumor ganas dilakukan tindakan radikal seperti maksilektomi, dapat berupa maksilektomi media,
total dan radikal. Maksilektomi biasanya di lakukan misalnya pada tumor yang sudah
infiltrasi ke orbita, terdiri dari pengangkatan maksila secara endblok disertai
eksterasi orbita, jika tumor meluas ke rongga intracranial dilakukan reseksi kraniofasial atau
kraniotomi, tindakan dilakukan dalam tim bersama dokter bedah saraf
B. PROSES
KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a.
Riwayat kesehatan
1)
Keluhan Utama
Pada
pasien tumor hidung; Nyeri pada hidung
2)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien
mulai merasakan nyeri akibat pembengkakan
3)
Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah
tumor
hidung ini
diderita sejak bayi sehingga mempengaruhi dalam kemampuan bernafas
4)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam
keluarga pasien Tidak ada keluarga yang
menderita penyakit pada sistem penciuman
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), ancaman
perubahan status kesehatan-sosial-ekonomik,
perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi sosial,
ancaman kematian, perpisahan dari keluarga
2. Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian
tubuh akibat efek-efek radioterapi/kemoterapi.
3. Nyeri
b/d kompresi/destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan, efek
radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
5. Risiko infeksi b/d
ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi
radioterapi/kemoterapi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1)
Kecemasan
b/d krisis situasi (keganasan), ancaman perubahan status
kesehatan-sosial-ekonomik, perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi sosial,
ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1. Orientasikan klien dan orang
terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
2. Eksplorasi kecemasan klien dan
berikan umpan balik.
3. Tekankan bahwa kecemasan adalah
masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini.
4. Ijinkan klien ditemani keluarga
(significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan ketenangan
lingkungan.
5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.
6. Pantau dan catat respon verbal dan
non verbal klien yang menunjukan kecemasan.
|
1.
Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi
klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan
membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
2.
Mengidentifikasi faktor pencetus/pemberat masalah
kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.
3.
Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak
hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan
menerima keadaanya.
4.
Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan
terisolasi dan menurunkan kecemsan.
5.
Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.
6.
Menilai perkembangan masalah klien.
|
2) Gangguan harga diri b/d kelainan
bentuk bagian tubuh akibat keganasan, efek- efek radioterapi/kemoterapi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1. Diskusikan dengan klien dan
keluarga pengaruh diagnosis dan terapi terhadap kehidupan pribadi klien dan
aktiviats kerja.
2. Jelaskan efek samping dari
pembedahan, radiasi dan kemoterapi yang perlu diantisipasi klien
3. Diskusikan tentang upaya pemecahan
masalah perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat berkaitan dengan
penyakitnya.
4. Terima kesulitan adaptasi klien
terhadap masalah yang dihadapinya dan informasikan kemungkinan perlunya
konseling psikologis
5. Evaluasi support sistem yang dapat
membantu klien (keluarga, kerabat, organisasi sosial, tokoh spiritual)
6. Evaluasi gejala keputusasaan,
tidak berdaya, penolakan terapi dan perasaan tidak berharga yang menunjukkan
gangguan harga diri klien.
|
1. Membantu
klien dan keluarga memahami masalah yang dihadapinya sebagai langkah awal
proses pemecahan masalah.
2.
Efek terapi yang diantisipasi lebih memudahkan
proses adaptasi klien terhadap masalah yang mungkin timbul.
3.
Perubahan status kesehatan yang membawa perubahan
status sosial-ekonomi-fungsi-peran merupakan masalah yang sering terjadi pada
klien keganasan.
4.
Menginformasikan alternatif konseling profesional
yang mungkin dapat ditempuh dalam penyelesaian masalah klien.
5.
Mengidentifikasi sumber-sumber pendukung yang
mungkin dapat dimanfaatkan dalam meringankan masalah klien.
6.
Menilai perkembangan masalah klien.
|
3) Nyeri b/d kompresi/destruksi
jaringan saraf dan proses inflamasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Lakukan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, masase
punggung) dan pertahankan aktivitas hiburan (koran, radio)
2. Ajarkan kepada klien manajemen penatalaksanaan nyeri
(teknik relaksasi, napas dalam, visualisasi, bimbingan imajinasi)
3. Berikan analgetik sesuai program
terapi.
4. Evaluasi keluhan nyeri (skala,
lokasi, frekuensi, durasi)
|
1.
Meningkatkan relaksasi dan mengalihkan fokus
perhatian klien dari nyeri.
2.
Meningkatkan partisipasi klien secara aktif dalam
pemecahan masalah dan meningkatkan rasa kontrol diri/keman-dirian.
3.
Analgetik mengurangi respon nyeri.
4.
Menilai perkembangan masalah klien.
|
4) Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan, efek
radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1. Dorong klien untuk meningkatkan
asupan nutrisi (tinggi kalori tinggi protein) dan asupan cairan yang adekuat.
2. Kolaborasi dengan tim gizi untuk
menetapkan program diet pemulihan bagi klien.
3. Berikan obat anti emetik dan
roborans sesuai program terapi.
4. Dampingi klien pada saat makan,
identifikasi keluhan klien tentang makan yang disajikan.
5. Timbang berat badan dan ketebalan
lipatan kulit trisep (ukuran antropometrik lainnya) sekali seminggu
6. Kaji hasil pemeriksaan
laboratorium (Hb, limfosit total, transferin serum, albumin serum)
|
1.
Asupan nutrisi dan cairan yang adekuat diperlukan
untuk mengimbangi status hipermetabolik pada klien dengan keganasan.
2.
Kebutuhan nutrisi perlu diprogramkan secara
individual dengan melibatkan klien dan tim gizi bila diperlukan.
3.
Anti emetik diberikan bila klien mengalami mual dan
roborans mungkin diperlukan untuk meningkatkan napsu makan dan membantu
proses metabolisme.
4.
Mencegah masalah kekurangan asupan yang disebabkan
oleh diet yang disajikan.
5.
Menilai perkembangan masalah klien.
6.
Menilai perkembangan masalah klien.
|
5) Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan
pertahanan sekunder dan efek imunosupresi radioterapi/kemoterapi
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1. Tekankan penting oral hygiene.
2. Ajarkan teknik mencuci tangan
kepada klien dan keluarga, tekankan untuk menghindari mengorek/me-nyentuh
area luka pada rongga hidung (area operasi).
3. Kaji hasil pemeriksaan
laboratorium yang menunjukkan penurunana fungsi pertahanan tubuh (lekosit,
eritrosit, trombosit, Hb, albumin plasma)
4. Berikan antibiotik sesuai dengan
program terapi.
5. Tekankan pentingnya asupan nutrisi
kaya protein sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
6. Kaji tanda-tanda vital dan
gejala/tanda infeksi pada seluruh sistem tubuh.
|
1. Infeksi
pada cavum nasi dapat bersumber dari ketidakadekuatan oral hygiene.
2.
Mengajarkan upaya preventif untuk menghindari
infeksi sekunder.
3.
Menilai perkembagan imunitas seluler/ humoral.
4.
Antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi atau
diberikan secara profilaksis pada pasien dengan risiko infeksi.
5.
Protein diperlukan sebagai prekusor pembentukan asam
amino penyusun antibodi.
6. Efek imunosupresif
terapi radiasi dan kemoterapi dapat mempermudah timbulnya infeksi lokal dan
sistemik.
|
Daftar pustaka
Adams at al (1997), Buku Ajar Penyakit THT, Ed. 6,
EGC, Jakarta
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada
Praktik Klinis, Ed. 6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,
Ed.3, EGC, Jakarta
Santosa,
Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
Sumber Lainnya :