A. KONSEP
DASAR PENYAKIT
1) DEFINISI
Hemofilia berasal dari bahas Yunani
Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang
berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit yang
diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak
tersebut dilahirkan .(www.hemofilia.or.id ).
Hemofilia adalah gangguan pendarahan yang
disebabkan oleh defisiensi herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi
(Wong, 2003 ).
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi kogenital
paling sering dan serius. Kelainan ini terkait dengan defisiensi faktor VII, IX
atau XI yang ditemukan secara genetik ( Nelson, 1999 )
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter
atau didapat yang paling sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode
perdarahan intermiten ( Price & Wilson, 2005 ).
Hemofilia adalah suatu keadaan
dimana terjadi gangguan kelainan pembekuan darah herediter pada trombosit yang
tidak bisa membuat factor VIII (AHF/antihemopilitic factor). (Arita
Murwani,2008.90)
Hemofilia merupakan kelainan
perdarahan herediter terikat resesif
yang dikarakteristikkan oleh defisiensi factor pembekuan esensial yang
diakibatkan oleh mutasi pada kromosom X. (Wiwik Handayani,Andi Sulistyo
Haribowo,2008.119)
2) ETIOLOGI
Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen
faktor VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX), dikelompokkan sebagai hemofilia A dan
hemofilia B. Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk
penyakit resesif terkait-X (Ginsberg, 2000). Oleh karena itu, semua anak
perempuan dari laki-laki yang menderita hemofilia adalah carier penyakit, dan
anak laki-laki tidak terkena. Anak laki-laki dari perempuan yang carier
memiliki kemungkinan 50% untuk menderita penyakit hemofilia. Dapat terjadi
wanita homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu carier), tetapi keadaan
ini sangat jarang terjadi. Kira-kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga
dan mungkin akibat mutasi spontan (Hoffbrand, Pettit, 1993)
a.
Keadaan keturunan pada kromosom
jenis kelamin.
Ibu yang memiliki dua kromosom X, menghasilkan
sebuah sel telur yang mengandung kromosom X. Ayah yang menghasilkan satu
kromosom X dan satu kromosom Y, menghasilkan sel sperma yang mengandung
kromosom X atau Y. Jika ayah menyumbangkan kromosom X-nya, keturunan yang
terjadi adalah anak perempuan. Dan jika ayah menyumbangkan kromosom Y, maka
keturunan yang terjadi adalah anak laki-laki.Hemofilia terjadi akibat adanya
mutasi pada gen yang menghasilkan Faktor VIII dan IX. Dan ini terjadi pada
kromosom X.
b.
Seorang laki - laki penderita
hemofilia memiliki seorang anak dari seorang wanita normal.
Semua anak perempuan akan menjadi pembawa sifat
hemofilia (carrier), jika mereka mewarisi kromosom X yang membawa sifat
hemofilia dari sang ayah. Dan semua anak laki - laki tidak akan terkena
hemofilia, jika mereka mewarisi kromosom Y normal dari sang ayah.
c.
Seorang laki- laki normal
memiliki anak dari seorang wanita pembawa sifat hemofili
·
Jika mereka mendapatkan anak laki
-laki, maka anak tersebut 50% kemungkinan terkena hemofilia. Ini tergantung
dari mana kromosom X pada anak laki - laki itu didapat. Jika ia mewarisi kromoson X normal dari sang ibu, maka ia tidak akan
terkena hemofilia. Jika ia mewarisi kromosom X dari sang ibu yang mengalami
mutasi, maka ia akan terkena hemofilia.
·
Sama halnya dengan anak laki-laki
jika mereka mendapatkan anak perempuan
,maka anak tersebut memiliki 50% kemungkinan adalah pembawa sifat hemofilia. Ia
akan normal jika ia mewarisi kromosom X normal dari sang ibu. Dan sebaliknya ia
dapat mewarisi kromosom X dari sang ibu yang memiliki sifat hemofilia, sehingga
ia akan menjadi pembawa sifat hemofilia
d.
Seorang
penderita hemofilia lahir dari seorang ibu yang bukan carrier.
Diperkirakan sampai dengan 30 % terjadi kasus
dimana seorang penderita hemofilia lahir pada sebuah keluarga tanpa hemofilia.
Faktor-faktor hemofilia :
a)
Faktor
congenital
Bersifat resesif autosomal
herediter. Kelainan timbul akibat sintesis faktor pembekuan darah menurun.
Gejalanya berupa mudahnya timbul kebiruan pada kulit atau perdarahan spontan
atau perdarahan yang berlbihan setelah suatu trauma. Pengobatan : dengan
memberikan plasma normal atau konsetrat faktor yang kurang atau bila perlu
diberikan transfusi darah.
b)
Faktor
didapat.
Biasanya disebabkan oleh
defisiensi faktor II ( protombin ) yang terdapat pada keadaan berikut :
Neonatus, karena fungsi hati belum sempurna sehingga pembekuan faktor darah
khususnya faktor II mengalami gangguan.
3) PATOFISIOLOGI
Hemofilia
merupakan penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif x-linked dari
pihak ibu.Faktor VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang merupakan
komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut
diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh
cidera.Hemofilia berat terjadi apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX
plasma kurang dari 1 %. Hemofilia sedang jika konsentrasi plasma 1 % - 5 %.
Hemofilia ringan apabila konsentrasi plasma 5 % - 25 % dari kadar normal.
Manifestasi klinis yang muncul tergantung pada umur anak dan deficiensi faktor
VIII dan IX.Hemofilia berat ditandai dengan perdarahan kambuhan, timbul spontan
atau setelah trauma yang relatif ringan.Tempat perdarahan yang paling umum di
dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu dan pangkal paha.Otot yang
tersering terkena adalah flexar lengan bawah, gastrak nemius, & iliopsoas
4) KLASIFIKASI HEMOFILIA
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu
:
1. Hemofilia A yang dikenal juga dengan
nama:
a.
Hemofilia klasik;
karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor
pembekuan pada darah
b.
Hemofilia kekurangan
Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada
darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
2. Hemofilia B yang dikenal juga dengan
nama:
a. Christmas
disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven
Christmas asal Kanada
b. Hemofilia
kekurangan Faktor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada
darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.Penderita hemofilia
parah/ berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang dari
1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali
perdarahan dalam sebulan. Kadang – kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa
sebab yang jelas.
Penderita
hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemofilia
berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat,
seperti olah raga yang berlebihan. Penderita hemofilia ringan lebih jarang
mengalami perdarahan. Mereka mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi
tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau mangalami luka yang serius. Wanita
hemofilia ringan mungkin akan pengalami perdarahan lebih pada saat mengalami
menstruasi.
5) MANIFESTASI KLINIS
a.
Masa Bayi (untuk diagnosis)
Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisib. Ekimosis subkutan di atas
tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur3-4
bulan)c. Hematoma besar setelah infeksid. Perdarahan dari mukosa oral.e.
Perdarahan Jaringan Lunak
b.
Episode Perdarahan (selama rentang hidup)
Gejala awal : nyerib. Setelah nyeri : bengkak, hangat dan penurunan
mobilitas
c.
Sekuela Jangka Panjang
Perdarahan berkepanjangan dalam otot menyebabkan kompresisaraf dan fibrosis otot
6) KOMPLIKASI
a. Artropati progresif, melumpuhkan
b. Kontrakfur otot
c. Paralisis
d. Perdarahan intra kranial
e. Hipertensi
f. Kerusakan ginjal
g. Splenomegali
h. Hepatitis
i.
AIDS (HIV) karena terpajan produk darah yang terkontaminasi.
j.
Antibodi terbentuk sebagai antagonis terhadap faktor VIII dan IX
k. Reaksi transfusi alergi terhadap
produk darah
l.
Trombosis atau tromboembolisme
7) PENCEGAHAN
8) PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan Medis
a. Transfusi periodic dari plasma
beku segar (PBS)
b. Pemberian konsentrat factor VIII dan IX pada klien yang mengalami perdaraha
c. aktif atau sebagai upaya
pencegahan sebelum pencabutan gigi dan pembedahan
d. Hindari pemberian aspirin atau
suntikan secara IM
e. Membersihkan mulut sebagai
upaya pencegahan
f. Bidai dan alat orthopedic bagi
klien yang mengalami perdarahan otot dan sendi.
-
Terapi Suportif
a. Pengobatan rasional pada
hemofilia adalah menormalkan kadar factor anti hemophilia yang kurang.
b. Melakukan pencegahan baik
menghindari luka atau benturan.
c. Merencanakan suatu tindakan
operasi serta mempertahankan kadar aktivitas factor pembekuan sekitar 30-50%
d. Untuk mengatasi perdarahan akut
yang terjadi maka dilakukan tindakan pertama seperti rest, ice, compression,
elevation (RICE) pada lokasi perdarahan
1) Rest (istirahat), usahakan
seseorang diistirahatkan dan tidak melakukan apapun.
2) Ice (kompres dengan menggunakan es), kompres
ini berguna untuk menciutkan pembuluh darah dan es juga bisa berfungsi sebagai
penghilang nyeri.
3) Compression (ditekan atau
dibalut), untuk mengurangi banyaknya darah yang keluar.
Elevation (ditinggikan), usahakan
daerah yang mengalami luka berada pada posisi yang lebih tinggi.
Kortikosteroid,
pemberian kortikosteroid sangat membantu untuk menghilangkan proses inflamasi
pada sinovitis akut yang terjadi setelah serangan akut hemartrosis. Pemberian
prednisone 0,5-1 mg/kg BB/hari selama 5-7 hari dapat mencegah terjadinya gejala
sisa berupa kaku sendi(artrosis) yang menggangu aktivitas harian serta
menurunkan kualitas hidup pasien hemofilia.
Analgetika.
Pemakaian analgetika diindikasikan pada pasien hemartrosis dengan nyeri hebat,
dan sebaiknya dipilih analgetika yang tidak mengganggu agregasi trombosit
(harus dihindari pemakaian aspirin dan antikoagulan)
-
Terapi pengganti Faktor pembekuan
Pemberian
factor pembekuan dilakukan 3 kali seminggu untuk menghindari kecacatan fisik
(terutama sendi) sehingga pasien hemophilia dapat melakukan aktivitas normal.
Namun untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan factor anti hemophilia (AHF)
yang cukup banyak dengan biaya yang tinggi.
Terapi
pengganti factor pembekuan pada kasus hemophilia dilakukan dengan memberikan
FVIII atau FIX, baik rekombinan, konsentrat maupun komponen darah yang
mengandung cukup banyak factor-faktor pembekuan tsb. Pemberian biasanya
dilakukan dalam beberapa hari sampai luka atau pembengkakan membaik, serta
khususnya selama fisioterapi.
2.
Penatalaksanaan
Keperawatan.
a.
Memperhatikan perawatan gigi agar tidak mengalami
pencabutan gigi.
b.
Istirahatkan anggota tubuh dimana ada luka.
c.
Gunakan alat bantu seperti tongkat bila kaki mengalami
perdarahan.
d.
Kompreslah bagian tubuh yang terluka dan daerah
sekitar dengan es.
e.
Tekan dan ikat, sehingga bagian tubuh yang mengalami
perdarahan tidak bergerak
f.
( immobilisasi ).
g. Letakkan bagian tubuh tersebut
dalam posisi lebih tinggi dari posisi dada dan letakkan diatas benda yang
lembut.
9) PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Uji Laboratorium (uji skrining untuk koagulasi darah)
a. Jumlah trombosit (normal)
b.
Masa protrombin (normal)
c.
Masa tromboplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan faktorkoagulasi
intrinsik)
d.
Masa perdarahan (normal, mengkaji pembentukan sumbatan trombositdalam
kapiler
e.
Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikandiagnostik)
i.
Masa pembekuan trombin
2.
Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan
untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
3.
Uji fungsi hati (SGPT, SGOT, Fosfatase alkali, bilirubin)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEMOFILIA
A. PENGKAJIAN
1.
Aktivitas
Gejala :kelelahan, malaise,
ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas
Tanda : kelemahan otot
Tanda : kelemahan otot
2.
Sirkulasi
Gejala : palpitasi
Tanda : Kulit dan membrane
mukosa pucat, deficit saraf serebral/tanda perdarahan serebral
3.
Eliminasi
Gejala : hematuria
4.
Integritas
ego
Gejala : perasaan tak ada
harapan, tak berdaya
Tanda : depresi menarik diri,
ansietas
5.
Nutrisi
Gejala : anoreksia, penurunan
BB,
6.
Nyeri
Gejala :nyeri tulang, sendi,
nyeri tekan sentral, kram otot
Tanda : perilaku berhati-hati,
gelisah, rewel
7.
Kemanan
Gejala : riwayat trauma
ringan, perdarahan spontan
Tanda : hematoma
B.
DIAGNOSA
a.
Nyeri yang
berhubungan dengan perdarahan sendi dan kekakuan yang ditimbulkannya.
b.
Resiko
tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan sekunder akibat hemofilia
ditandai dengan seringnya terjadi cidera.
c.
Risiko
tinggi terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan kesulitan
beradaptasi pada kondisi kronis
C.
INTERVENSI
1.
Nyeri yang
berhubungan dengan perdarahan sendi dan kekakuan yang ditimbulkannya.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan berkurang
Kriteria
Hasil : Peningkatan kemampuan
bertoleransi dengan gerakan sendi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a) Kolaborasi pemberian analgetik oral non opioid
|
Untuk mengurangi rasa nyeri
|
b) Motivasi klien untuk bergerak perlahan
|
Dengan bergerak perlahan diharapkan
dapat mencegah stress pada sendi yang terkena
|
c) Lakukan relaksasi dengan
menyuruh klien berendam air hangat
|
Rendan air hangat dapat
mengurangi nyeri
|
d) Bantu klien menggunakan alat
bantu
|
Alat Bantu berguna untuk
memindahkan
beban tubuh pada sendi yang nyeri
|
2. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan sekunder
akibat hemofilia ditandai dengan seringnya terjadi cidera.
Kriteria
hasil : Injuri dan komplikasi dapat dihindari atau tidak terjadi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a) Awasi setiap gerakan yang
memungkinkan terjadinya cidera.
|
Pasien hemofilia mempunyai
resiko perdarahan spontan tak terkontrol sehingga diperlukan pengawasan
setiap gerakan yang memungkinkan terjadinya cidera.
|
b) Ajurkan pada orang tua untuk
segera membawa anak ke RS jika terjadi injuri.
|
Identifikasi dini dan
pengobatan dapat membatasi beratnya komplikasi
|
c) Jelaskan pada orang tua
pentingnya menghindari cidera.
|
Orang tua dapat mengetahui
manfaat dari pencegahan cidera atau resiko perdarahan dan menghindari injuri
dan komplikasi.
|
3. Risiko tinggi terhadap
gangguan konsep diri yang berhubungan dengan kesulitan beradaptasi pada kondisi
kronis
Tujuan:Setelah
dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi gangguan konsep diri.
Kriteria Hasil :Klien mampu mengungkapkan rencana untuk memasukkan keterbatasan ke dalam
gaya hidup baru.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a) Biarkan klien dan keluarga
mengungkapkan perasaan.
|
Mengekpresikan
perasaan membantu memudahkan koping.
|
b) Tekankan
perlunya untuk mendorong partisipasi pada perkembangan aktivitas normal yang
tidak akan menyebabkan cedera fisik
|
Perkembangan
aktivitas normal membantu meningkatkan harga diri
|
c) Jelaskan tentang semua tindakan
yang diprogramkan dan pemeriksaan yang akan dilakukan
|
Pengetahuan
tentang apa yang diharapkan membantu mengurangi ansietas.
|
d) Lakukan pendekatan secara
tenang dan beri dorongan untuk bertanya serta berikan informasi yang
dibutuhkan dengan bahasa yang jelas.
|
Penjelasan
yang jelas dan sederhana paling baik untuk dipahami. Istilah medis dan
keperawatn dapat membingungkan klien dan meningkatkan ansietas.
|
D.
EVALUASI
a)
Nyeri
berkurang
1)
Melaporkan
berkurangnya nyeri setelah menelan analgetik
2)
Memperlihatkan
peningkatan kemampuan bertoleransi dengan gerakan sendi
3)
Mempergunakan
alat bantu (bila perlu) untuk mengurangi nyeri
b)
Melakukan
upaya mencegah perdarahan
1)
Menghindari
trauma fisik
2)
Merubah
lingkungan rumah untuk meningkatkan pengamanan
3)
Mematuhi
janji dengan profesional layanan kesehatan
4)
Mematuhi
janji menjalani pemeriksaan laboratorium
5)
Menghindari
olahraga kontak
6)
Menghindari
aspirin atau obat yang mengandung aspirin
7)
Memakai
gelang penanda
c)
Mampu
menghadapi kondisi kronis dan perubahan gaya hidup
1)
Mengidentifikasi
aspek positif kehidupan
2)
Melibatkan
anggota keluarga dalam membuat keputusan mengenai masa depan dan perubahan gaya
hidup yang harus dilakukan
3)
Berusaha
mandiri
4)
Menyusun
rencana khusus untuk kelanjutan asuhan kesehatan
d) Tidak mengalami komplikasi
1)
Tanda vital
dan tekanan hemodinamika tetap normal
2)
Hasil
pemeriksaan laboratorium tetap dalam batas normal
3)
Tidak
mengalami perdarahan aktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar